Kamis, 20 Juni 2013

CERPEN_ANAK SEDANG UJIAN


AKU HARUS BERJUANG

Perlu Percaya Diri Saat Ujian
Oleh: Nasib Tua Lumban Gaol
“Vicky, tidur kamu Nak, besok kan kamu akan mengikuti Ujian Semester.” Dengan kesal Ibu menyuruh Budi sambil mematikan TV. Lalu Budi pun pergi ke kamarnya dengan mulut terdiam.
Setelah sampai di kamar, Vicky tidak langsung tidur, dia membaca-baca kunci jawaban yang diterimanya dari seorang Guru Les Private temannya. Vicky mencoba menghapal kunci jawaban tersebut. “Besok kan ujian Matematika, saya harus menghapal jawaban ini sampai dapat. Saya malu nanti gara-gara nilai Matematika, saya jadi tidak bisa juara satu.” Ucap Vicky dengan mengeluarkan nafas kuat dari hidungnya.
Sebenarnya Vicky ragu untuk menghapal kunci jawaban yang dari guru les temannya itu. Dia berpikir sambil mondar-mandir di kamarnya mencari buku Matematika, “Bagaimana mungkin Guru Les temanku itu punya kunci jawaban soal matematika yang diujiankan besok. Soalnya saja kan besok di bagi, dan itu tidak ada yang boleh mengetahuinya. Kunci jawaban ini pasti tidak benar.” 
Ketika buku Matematika sudah ditemukan Vicky. Dia hanya melihat soal dan pembahasannya saja, dan tak berapa lama, dia tergeletak di tempat tidur. Dia pun tertidur pulas.
Tibalah hari senin, bel berbunyi. Kringg...ngg.. anak-anak langsung mengambil posisi berbaris dengan rapai. Ibu Guru berpesan: “Tolong ya Nak, saat ujian kalian menjaga ketertiban di dalam kelas. Jangan ada yang ribut...!”
“Baik Bu,” Demikianlah jawaban dari anak-anak dengan penuh semangat.
Anak-anak pun langsun cepat mengambil posisi duduk di dalam kelas dengan tertib. Sesuai dengan nomor peserta ujian.
Sebelum pengawas masuk ke dalam kelas, Vicky berbicara dengan Rudi. “Rud, ini aku punya kunci jawaban soal Matematika dari guru teman lesku. Apakah kamu mau Rud?”
“Ah,.. saya tidak mau, nanti itu salah”, Rudi menjawab dengan suara pelan.
Rudi kembali melanjutkan perkataanya, “Vicky, lagi pula, kalau kita sedang ujian, kunci jawaban seperti itu tidak perlu dibawa, karena itu hanya akan mengganggu konsentrasi kita dalam mengerjakan soal. Sebaiknya kunci jawaban itu kamu buang saja ke tong sampah. Ingat, kalau ujian itu kita harus memiliki rasa percaya diri dalam menjawab soal supaya berhasil.”
 “Kamu ini Rud memang sok-sokan, nanti nilai Matematikamu jelek baru tau rasa kamu. Sebaiknya saya kantongi saja, nanti saya akan menconteknya.” Dengan rasa bangga karena jawabannya Vicky pun memasukkan kunci jawaban tersebut ke kantong bajunya.
“Buang saja contekanmu itu Vicky! Mencontek itu adalah dosa. Bisa-bisa nanti Tuhan marah kepadamu, sehingga nanti kamu menjadi orang yang tidak berhasil. Apakah kamu mau mendapat nilai bagus, tetapi cita-citamu tidak tercapai?”, dengan suara tenang Rudi menjelaskannya kepada Vicky.
“Yah, saya mau jadi  orang berhasillah Rud...!”
Dengan adanya penjelasan dari Rudi, sebenarnya Vicky sudah mulai berpikir bahwa ujian itu hanyalah untuk menentukan sejauh mana kemampuan yang dimiliki setelah belajar selama ini. Dan, tidak perlu mencontek atau membohongi diri sendiri dengan nilai dari hasil contekan.
Tiba-tiba pengawas pun memasuki ruangan kelas. Suasana kelas menjadi hening, tak ada seorang pun yang berbicara. Demikian juga antara Vicky dan Rudi.
“Selamat pagi Anak-anak..!” Sapa Pak Poltak
“Selamat Pagi Pak...!” 
Kebetulan yang mengawas adalah Pak Poltak. Pak Poltak terkenal dengan sebutan guru yang galak. Ketika melihat Pak Poltak, Vicky takut, dia berpikir pasti tidak akan punya kesempatan untuk melihat kunci jawaban. Apalagi posisi duduknya di depan Pak Poltak.
“Okehlah, sebelum memulai ujian, kalian berdoa dulu ya Nak..!” Semua siswa menundukkan kepala sambil berdoa.
“Doa selesai...!”
Pak Poltak pun membagikan lembar jawaban dan lembar soal kepada anak-anak. Sambil membagi soal Pak Poltak mengingatkan anak-anak supaya terlebih dahulu mengisi biodatanya dengan benar.
Setelah Pak Poltak siap membagikan soal dan lembaran Jawaban, dia pun duduk. Pak Poltak pun mengamati semua siswa dengan seksama. Pak Poltak memang terkenal dengan guru yang jujur, dan tidak suka terhadap tindakan mencontek.
Sesekali Pak poltak memperhatikan sikap Vicky yang selalu gelisah. Karena Vicky gelisah. Pak Poltak memperingatkan Vicky sapaya tertib saat ujian berlangsung. Rupanya Vicky sedang merasa kuatir bahwa kunci jawabannya tidak lagi sempat dilihatnya.
Vicky cemburu melihat Rudi yang dengan serius mengerjakan soal ujiannya.
Karena Vicky sudah ketakutan membuka kunci jaawababnya, kemudian dia berkata: “Seandainya, saya percaya pada kemampuan diri sendiri dan tidak membawa contekan, pasti saya bisa berkonsentrasi untuk mengerjakan soal ini.”
“Sepuluh menit lagi ya Nak, kita kumpul lembar jawabannya. Ayo, periksa kembali biodata kalian, supaya terisi dengan benar semuanya!” Pak Poltak berpesan kepada anak-anak.
“Haaaa.aa... gawat! saya masih mengerjakan lima soal. Gimana ini ya? Dengan buru-buru, Vicky langsung mencontek kunci jawaban, karena Pak Poltak telah keluar ruangan. Karena keasyikan melihat kunci jawaban, Vicky pun tidak tau bahwa Pak Poltak sudah ada di sampingnya.
Yah, Ketahuan dehh..!!
Melihat hal itu, Pak Poltak pun langsung membawa Vicky ke kepala sekolah dan melaporkan semua perbuatannya saat ujian berlangsung. Akhirnya Vicky dinyatakan gagal, dan harus mengulang ujiannya minggu depan.
Vicky merasa menyesal karena sejak awal tidak percaya pada perkataan temannya, yaitu Rudi. Bahkan saat ujian pun dia tidak percaya diri. Vicky lebih percaya pada contekannya. Vicky terus merasa bersalah, karena telah mengabaikan nasehat temannya.


               Akhirnya, ketika Vicky mengikuti ujian ulangan. Dengan adanya rasa percaya diri, Vicky pun bisa mengerjakan soal Matematika dengan hasil yang memuaskan. Dia berterima kasih kepada Rudi, karena sudah mengajarinya untuk memiliki rasa percaya diri. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar