AKU HARUS BERJUANG |
Perlu Percaya Diri Saat Ujian
Oleh:
Nasib Tua Lumban Gaol
“Vicky,
tidur kamu Nak, besok kan kamu akan mengikuti Ujian Semester.” Dengan kesal Ibu
menyuruh Budi sambil mematikan TV. Lalu Budi pun pergi ke kamarnya dengan mulut
terdiam.
Setelah
sampai di kamar, Vicky tidak langsung tidur, dia membaca-baca kunci jawaban
yang diterimanya dari seorang Guru Les
Private temannya. Vicky mencoba
menghapal kunci jawaban tersebut. “Besok kan ujian Matematika, saya harus
menghapal jawaban ini sampai dapat. Saya malu nanti gara-gara nilai Matematika,
saya jadi tidak bisa juara satu.” Ucap Vicky dengan mengeluarkan nafas kuat
dari hidungnya.
Sebenarnya
Vicky ragu untuk menghapal kunci jawaban yang dari guru les temannya itu. Dia
berpikir sambil mondar-mandir di kamarnya mencari buku Matematika, “Bagaimana
mungkin Guru Les temanku itu punya kunci jawaban soal matematika yang
diujiankan besok. Soalnya saja kan besok di bagi, dan itu tidak ada yang boleh
mengetahuinya. Kunci jawaban ini pasti tidak benar.”
Ketika
buku Matematika sudah ditemukan Vicky. Dia hanya melihat soal dan pembahasannya
saja, dan tak berapa lama, dia tergeletak di tempat tidur. Dia pun tertidur
pulas.
Tibalah
hari senin, bel berbunyi. Kringg...ngg.. anak-anak langsung mengambil posisi
berbaris dengan rapai. Ibu Guru berpesan: “Tolong ya Nak, saat ujian kalian
menjaga ketertiban di dalam kelas. Jangan ada yang ribut...!”
“Baik Bu,” Demikianlah
jawaban dari anak-anak dengan penuh semangat.
Anak-anak
pun langsun cepat mengambil posisi duduk di dalam kelas dengan tertib. Sesuai
dengan nomor peserta ujian.
Sebelum
pengawas masuk ke dalam kelas, Vicky berbicara dengan Rudi. “Rud, ini aku punya
kunci jawaban soal Matematika dari guru teman lesku. Apakah kamu mau Rud?”
“Ah,.. saya tidak mau,
nanti itu salah”, Rudi menjawab dengan suara pelan.
Rudi
kembali melanjutkan perkataanya, “Vicky, lagi pula, kalau kita sedang ujian,
kunci jawaban seperti itu tidak perlu dibawa, karena itu hanya akan mengganggu konsentrasi
kita dalam mengerjakan soal. Sebaiknya kunci jawaban itu kamu buang saja ke
tong sampah. Ingat, kalau ujian itu kita harus memiliki rasa percaya diri dalam
menjawab soal supaya berhasil.”
“Kamu ini Rud memang sok-sokan, nanti nilai
Matematikamu jelek baru tau rasa kamu. Sebaiknya saya kantongi saja, nanti saya
akan menconteknya.” Dengan rasa bangga karena jawabannya Vicky pun memasukkan
kunci jawaban tersebut ke kantong bajunya.
“Buang
saja contekanmu itu Vicky! Mencontek itu adalah dosa. Bisa-bisa nanti Tuhan
marah kepadamu, sehingga nanti kamu menjadi orang yang tidak berhasil. Apakah
kamu mau mendapat nilai bagus, tetapi cita-citamu tidak tercapai?”, dengan
suara tenang Rudi menjelaskannya kepada Vicky.
“Yah,
saya mau jadi orang berhasillah Rud...!”
Dengan
adanya penjelasan dari Rudi, sebenarnya Vicky sudah mulai berpikir bahwa ujian itu
hanyalah untuk menentukan sejauh mana kemampuan yang dimiliki setelah belajar
selama ini. Dan, tidak perlu mencontek atau membohongi diri sendiri dengan
nilai dari hasil contekan.
Tiba-tiba
pengawas pun memasuki ruangan kelas. Suasana kelas menjadi hening, tak ada
seorang pun yang berbicara. Demikian juga antara Vicky dan Rudi.
“Selamat pagi
Anak-anak..!” Sapa Pak Poltak
“Selamat Pagi Pak...!”
Kebetulan
yang mengawas adalah Pak Poltak. Pak Poltak terkenal dengan sebutan guru yang
galak. Ketika melihat Pak Poltak, Vicky takut, dia berpikir pasti tidak akan
punya kesempatan untuk melihat kunci jawaban. Apalagi posisi duduknya di depan
Pak Poltak.
“Okehlah,
sebelum memulai ujian, kalian berdoa dulu ya Nak..!” Semua siswa menundukkan
kepala sambil berdoa.
“Doa selesai...!”
Pak
Poltak pun membagikan lembar jawaban dan lembar soal kepada anak-anak. Sambil
membagi soal Pak Poltak mengingatkan anak-anak supaya terlebih dahulu mengisi biodatanya
dengan benar.
Setelah
Pak Poltak siap membagikan soal dan lembaran Jawaban, dia pun duduk. Pak Poltak
pun mengamati semua siswa dengan seksama. Pak Poltak memang terkenal dengan
guru yang jujur, dan tidak suka terhadap tindakan mencontek.
Sesekali
Pak poltak memperhatikan sikap Vicky yang selalu gelisah. Karena Vicky gelisah.
Pak Poltak memperingatkan Vicky sapaya tertib saat ujian berlangsung. Rupanya
Vicky sedang merasa kuatir bahwa kunci jawabannya tidak lagi sempat dilihatnya.
Vicky cemburu melihat
Rudi yang dengan serius mengerjakan soal ujiannya.
Karena
Vicky sudah ketakutan membuka kunci jaawababnya, kemudian dia berkata: “Seandainya,
saya percaya pada kemampuan diri sendiri dan tidak membawa contekan, pasti saya
bisa berkonsentrasi untuk mengerjakan soal ini.”
“Sepuluh
menit lagi ya Nak, kita kumpul lembar jawabannya. Ayo, periksa kembali biodata kalian, supaya terisi dengan benar
semuanya!” Pak Poltak berpesan kepada anak-anak.
“Haaaa.aa...
gawat! saya masih mengerjakan lima soal. Gimana ini ya? Dengan buru-buru, Vicky
langsung mencontek kunci jawaban, karena Pak Poltak telah keluar ruangan.
Karena keasyikan melihat kunci jawaban, Vicky pun tidak tau bahwa Pak Poltak
sudah ada di sampingnya.
Yah, Ketahuan dehh..!! |
Melihat
hal itu, Pak Poltak pun langsung membawa Vicky ke kepala sekolah dan melaporkan
semua perbuatannya saat ujian berlangsung. Akhirnya Vicky dinyatakan gagal, dan
harus mengulang ujiannya minggu depan.
Vicky
merasa menyesal karena sejak awal tidak percaya pada perkataan temannya, yaitu
Rudi. Bahkan saat ujian pun dia tidak percaya diri. Vicky lebih percaya pada
contekannya. Vicky terus merasa bersalah, karena telah mengabaikan nasehat
temannya.
Akhirnya, ketika Vicky mengikuti ujian ulangan. Dengan adanya rasa percaya diri, Vicky pun bisa mengerjakan soal Matematika dengan hasil yang memuaskan. Dia berterima kasih kepada Rudi, karena sudah mengajarinya untuk memiliki rasa percaya diri. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar